AWAS !! Bahaya Klorin Pada Air Yang Kita Konsumsi Sehari-hari
Banyak dari kita yang sehari-harinya memakai air ledeng / air PAM, untuk segala keperluan kita, dari minum, mencuci tangan dan peralatan makan/masak, mandi, mencuci muka, mencuci sayur, buah, dan lain-lain. Tetapi tahukah Anda bahwa air yang Anda konsumsi tersebut mengandung klorin (khlorin atau chlorine) yang berbahaya bagi tubuh kita, tidak hanya air yang masuk tubuh melalui minum tetapi juga yang terserap oleh kulit kita dan melalui makanan yang kita cuci.
Bagaimana khlorin tersebut ada pada air PAM / ledeng? PDAM pada saat “pembuatan” air ledeng umumnya menggunakan air permukaan, yang biasanya mengandung kuman atau mikroorganisme merugikan lebih banyak bila dibandingkan dengan air sumur. Sumber air yang digunakan ini juga biasanya juga sudah tercemar oleh septik tank atau air pembuangan limbah rumah tangga. Selain itu juga, tercemar oleh penggunaan pembersih atau pencuci / deterjen yang mengandung khlorin dan pembuangan air kolam renang. Kolam renang umumnya menggunakan khlorin sebagai “penjernih” dari mikroorganisme yang ada dalam air. Air pembuangan limbah rumah tangga, septic tank, dan pembuangan sabun/deterjen serta air kolam renang ini juga bisa mencemari sumur air bersih warga sekitarnya.
Klorin, khlorin atau chlorine merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses khlorinasi. Khlorinasi adalah proses utama dalam proses penghilangan kuman penyakit dan mikroorganisme dalam air ledeng, air bersih atau air minum yang kita gunakan. Proses khlorinasi tersebut sangat efektif untuk menghilangkan kuman penyakit, tetapi dibalik keampuhannya itu klorin juga berbahaya bagi kesehatan kita. Dari berbagai studi, ternyata orang yang meminum air yang mengandung klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker kandung kemih, dubur dan usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat menyebabkan bayi yang dilahirkan cacat dengan kelainan otak atau urat saraf tulang belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan dapat mengalami keguguran kandungan. Pada hasil studi yang lain, efek klorin pada binatang ditemukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan hati.
Jadi darimana khlorin tersebut dapat masuk dalam tubuh kita? Jawaban satu-satunya adalah lewat air yang kita konsumsi sehari-hari. Cara paling utama adalah melalui air yang kita minum (juga melalui makanan, sayur, buah, peralatan makan/masak yang kita cuci), Khlorin tentunya masuk ke dalam tubuh jika kita meminum air yang mengandung khlorin tersebut. Berikutnya lewat kulit & udara. Ketika mandi, mencuci tangan/muka, klorin akan terserap melalui kulit kita, mandi menggunakan ”shower” air panas/hangat, uap air yang masih mengandung khlorin dapat terhirup dan masuk ke dalam tubuh kita.
Kutipan dari Kalbe.co.id:
Menurut sebuah penelitian baru, berenang di kolam yang didesinfeksi dengan klorin dapat meningkatkan kemungkinan bahwa seorang anak akan menderita asma atau alergi. Hasil studi ini diterbitkan dalam jurnal Pediatrics edisi online 14 September 2009. Studi ini menemukan bahwa remaja yang menghabiskan lebih dari 1.000 jam berenang di kolam yang diklorinasi, baik di dalam atau di luar rumah, kemungkinan lebih dari delapan kali berisiko mengalami asma dibanding remaja yang terutama berenang di kolam renang dengan metode desinfektan menggunakan tembaga-perak. Alfred Bernard, seorang profesor toksikologi dan direktur riset di Universitas Katolik Louvain di Brussels, Belgia mengatakan bahwa kehadiran pada kolam renang yang diklorinasi memiliki dampak yang sangat signifikan pada prevalensi penyakit alergi dalam populasi yang diteliti. Ketika digunakan dengan benar, klorin adalah desinfektan yang efisien dan aman untuk kolam renang. Namun, jika terlalu banyak klorin ditambahkan ke dalam air atau menumpuk di udara dalam ruangan kolam renang, mau tidak mau mengakibatkan iritasi organ-organ perenang yang kontak dengan air dan udara. Saat ini sudah ada semakin banyak bukti bahwa efek iritasi ini dapat merusak saluran udara reguler perenang, terutama anak-anak yang paling rentan dan paling sering berenang di kolam yang diklorinasi.
Menurut American Academy of Allergy, Asthma and Immunology, lebih dari 17 juta orang di Amerika Serikat mengalami asma. Gejala penyakit meliputi mengi, sesak napas dan batuk. Penyakit saluran napas ini dapat dipicu oleh sejumlah faktor, seperti udara dingin, latihan dan iritasi kimia. Walaupun klorin telah lama dikenal sebagai bahan pengiritasi saluran napas dan memicu asma, terutama di kolam renang indoor, studi Bernard menunjukkan bahwa kolam renang yang diklorinasi mungkin memainkan peran dalam perkembangan asma dan alergi. Studi ini mencakup 847 remaja Belgia antara usia 13 dan 18. Semua partisipan pernah hadir dalam kolam renang ruangan maupun luar ruangan, tapi dengan berbagai tingkat kehadiran. Seratus empat belas anak-anak, dibiarkan terutama berenang di kolam renang dengan desinfeksi tembaga-perak, sedangkan sisanya berenang di kolam dengan desinfeksi klorin. Jumlah anak yang menderita asma naik sebanding dengan paparan mereka terhadap kolam diklorinasi. Remaja yang berenang selama 100-500 jam di kolam diklorinasi memiliki 80 persen peningkatan risiko mengalami asma, sementara mereka yang berenang 500 sampai 1.000 jam mengalami risiko lebih dari dua kali. Ketika remaja menghabiskan lebih dari 1.000 jam berenang di dalam air yang diklorinasi, risiko menderita asma meningkat hampir empat kali lipat.
Menurut studi ini, risiko asma yang saat ini memiliki lebih dari delapan kali lebih tinggi dalam kelompok dengan lebih dari 1.000 jam dalam kolam diklorinasi dibandingkan dengan mereka yang jarang berenang di kolam yang diklorinasi. Risiko alergi juga meningkat secara signifikan ketika remaja menghabiskan lebih dari 100 jam berenang dalam kolam yang diklorinasi. Bahkan, risiko hay fever dan alergi lain lebih dari dua kali lipat pada paparan yang bermakna dalam kolam diklorinasi. Dr Jennifer Appleyard, kepala alergi dan imunologi di St. John Hospital and Medical Center di Detroit, mengatakan studi ini menyoroti fakta bahwa "asma dan alergi disebabkan oleh banyak faktor yang berbeda, dan klorin mungkin memiliki efek potensial. Tapi, ini adalah studi yang sangat awal, dan kita belum tahu apa seluruh gambarannya." Dia mengatakan bahwa dirinya tidak menyarankan orangtua untuk berhenti mengajak anak-anak mereka berenang, bahkan jika mereka sudah mengalami asma. "Jika anak-anak Anda menderita asma dan Anda tahu klorin adalah pemicu, hal itu ide yang baik untuk mencoba untuk membatasi paparan mereka, tetapi Anda tidak bisa mengecualikan anak Anda dari segala sesuatu dan setiap potensi yang memicu. Anda harus membiarkan mereka menjadi anak-anak."
----------------------------------------------------
Studi lain oleh Dr. Alfred Bernard dari Belgia meneliti dampak klorin terhadap anak-anak. 341 anak berusia 10 hingga 13 tahun dilibatkan dalam penelitian ini, di antaranya 43 anak pernah mengikuti kursus renang bayi dan balita. Mereka menjalani pemeriksaan medis dan skrining asma. Diperoleh hasil, anak-anak yang rutin berenang semasa kecil menunjukkan penurunan protein sel yang signifikan (rata-rata 20%). Keadaan ini dihubungkan dengan resiko asma dan bronkhitis berulang yang tinggi dan bisa disetarakan dengan yang terjadi pada orang dewasa akibat rokok dan zat kimia industri.
Kesimpulan yang didapat Dr. Bernard dan tim menyimpulkan latihan renang pada anak kecil terutama di kolam renang indoor berhubungan dengan perubahan jalan nafas dan bersama dengan faktor-faktor lainnya, dapat mengakibatkan anak rentan mengalami asma dan bronkhitis. Resiko berkembangnya asma atau peradangan paru terjadi paling tinggi saat anak secara teratur berlatih renang di bawah usia 7 tahun. Para ahli menduga hal ini disebabkan karena sebelum berusia 6 hingga 7 tahun, anak biasanya belum mahir berenang sehingga terpaksa berenang di kolam kecil yang padat dan terpolusi. Anak kemungkinan besar menghirup lebih banyak dan menelan banyak air yang mengandung klorin saat belajar atau bermain air. Kemungkinan lain adalah, paru-paru anak belum berkembang, sehingga mereka rentan terhadap efek iritasi klorin, walaupun mereka hanya sekitar 20 hingga 30 menit berada di dalam kolam setiap kali. Selain itu, para peneliti menduga bahwa klorin (terutama trikloramin) yang dihirup anak-anak secara berulang dapat merusak jaringan epitel jalan nafas. Kadar klorin pada kolam renang yang diteliti berada di bawah batasan WHO, yaitu 500 g/m3 per 2 jam. Namun dari hasil penelitian di Belgia, tampak bahwa kadar yang lebih rendah dapat mengganggu kesehatan pernafasan.
Sesekali membawa anak berenang tidak mengapa, namun seringnya frekuensi dapat membuat pernafasan dan kulit anak terpapar klorin yang berlebih. Disarankan kepada orangtua untuk lebih berhati-hati membawa renang anaknya, khususnya di kolam renang yang tidak terawat dengan baik. Waspadalah terhadap kolam renang dengan bau kaporit yang mencolok. Kemungkinan air dan udara di sekitar kolam mengandung kadar klorin yang tinggi. Sebagai orang tua, Anda bisa mengatur agar jadwal renang anak tidak terlalu padat untuk menghindari meiningkatnya kadar trikloramin yang dilepaskan ke udara.
Bagaimana cara mengurangi kadar klorin dalam air?
Klorin efektif membunuh kuman dan mikroorganisme dan menjaga kebersihan air. Untuk mengurangi akibat yang merugikan, belakangan ini penggunaannya mulai dikombinasikan dengan metode ionisasi, hidrogen peroksida, sinar UV, atau dengan kombinasi potassium monopersulfate serta ionisasi. Semua itu dilakukan untuk mengurangi kadar klorin secara signifikan, khususnya dalam kolam renang.
Berikut beberapa cara mengurangi / mencegah Klorin masuk ke dalam tubuh:
- Gunakan air sehemat dan seoptimal mungkin untuk mandi (baik shower ataupun berendam), mencuci ataupun memasak
- Gunakan filter air yang baik untuk memastikan kesehatan air yang kita konsumsi, yaitu:
- Hexagon Water System w/ 8-Stage Water Purifier (Air minum sehat yang memberi energi)
- Sebaiknya air yang digunakan adalah air dingin
- Buka jendela atau ventilasi agar udara yang mengandung klorin dapat keluar dan digantikan dengan udara yang bebas klorin
- Kuraslah bak dan sumur anda secara berkala
Pabrik pembuat air mineral kemasan semestinya telah mengikuti standar yang ditetapkan tentang batas aman penggunaan klorin. Tetapi untuk lebih memastikannya, sebaiknya anda harus menanyakannya pada pabrik pembuatnya.
---------------------------
Catatan Tambahan
Sumber : Departemen Kehutanan dan Badan Koordinasi Penaman Modal
Fakta Tentang Klorin (Chlorine)
Dulu, pada Perang Dunia I, klorin digunakan sebagai gas beracun oleh tentara Jerman. Pada masa setelah itu, lebih dari satu abad, klorin digunakan oleh industri kertas untuk memutihkan kertas, sebab tanpa penggunaan unsur kimia hasil rekayasa manusia ini, kertas yang diproduksi secara alami berwarna coklat muda. Di dalam industri pulp, kertas dan tekstil, klorin mempunyai dua kegunaan: pertama, untuk bahan pemutih dan penghalus pulp, dan kedua, untuk menghilangkan oksigen pada senyawa sulfur yang berada di liquor hitam (black liquor). Dalam proses produksi pulp dan kertas, klorin banyak digunakan, karena dalam proses pemutihan (bleaching), klorin dipakai di dalam tingkat terawal pada stage I yang disebut klorin dioksid stage atau klorinisasi, serta stage terahkir (stage IV) yang disebut juga klorin dioksid stage . Dari proses produksi tersebut, klorin dan bahan lainnya keluar dalam bentuk limbah cair dan padat. Umumnya pabrik pulp dan kertas membuang limbah klorin ke air dan membuat banyak senyawa berbahaya, misalnya dioxin (senyawa kimia berbahaya yang termasuk dalam kelompok organoklorin)
Sementara bau yang keluar adalah akibat dari proses pemasakan chips kayu dengan kimia sodium/natrium hidrosida (NaOH) dan sodium/natrium sulfida (Na2S). Sulfida dari unsur Na2S dapat bereaksi langsung dengan klorin. Selain itu, gas klorin dapat bereaksi keras dengan bahan yang mudah terbakar maupun bahan kimia lain, termasuk karbon, dan logam, sehingga dapat menimbulkan ledakan. Begitu juga bila bereaksi dengan gas-gas hydrokarbon (metan, asetilen, etan), baik dalam bentuk cair maupun gas, terhadap senyawa nitrogen dan senyawa yang non-logam seperti phospor, boron dan silikon.
Klorin dinilai mengandung kadar racun yang tinggi, baik berbentuk gas maupun cairan, dan digolongkan sebagai bahan kimia yang mampu mengakibatkan kematian atau cacat tetap dari penggunaan yang normal (setiap hari pada industri) sekalipun. Agency Proteksi Lingkungan Hidup Amerika (EPA) menyatakan bahwa klorin mempunyai potensi untuk mengakibatkan kematian pada penduduk yang tak memiliki alat perlindungan sesudah terjadi kebocoran dalam waktu relatif singkat (Citizen Enviromental Coalition). Pendapat yang hampir sama "klorin adalah salah satu kimia yang menjadikan manusia tidak punya kemampuan apapun karena beracun" (Sax, 1984). Klorin merupakan bahan kimia yang terklasifikasi sebagai "Extremely Hazardous Substances (EHS) -> bahan yang berbahaya sekali, yang mengandung amonia, hydrogen fluorida dan hydrogen klorida. Campuran gas atau cairan klorin dengan air, baik air hujan maupun udara lembab, akan memproduksikan asam hydroklorik dan hypoklorous yang berbahaya kepada manusia, ternak, dan tanaman.
Begitu berbahayanya klorin bagi lingkungan hidup, sehingga membuat kelompok- kelompok masyarakat di dunia maju melakukan tekanan dan protes keras untuk pabrik yang menggunakan klorin. Di sebagian negara maju, pemerintahnya sudah membuat undang-undang untuk melarang penggunaan klorin dan akibat darinya. Di Swedia, dan negara negara lain di Skandanavia, Kanada, dan Jerman, saat ini sudah diberlakukan undang-undang dan penegakan hukum lingkungan untuk pabrik pulp dan kertas. Akibatnya di negara-negara tersebut sudah memiliki industri yang bebas klorin (chlorine free).
Klor (Cl) adalah elemen kimia biasa di cakrawala, tapi gas klorin (Cl2) adalah hasil penemuan dan rekayasa dari peradaban manusia. Dalam bentuk gas, klorin berwarna hijau-kuning sedangkan dalam bentuk cair berwarna kuning sawo. Klorin lebih berat dari udara. Klorin dibuat dari proses elektrolisa air asin dan di simpan dalam bentuk cair atau gas di bawah tekanan tertentu. Hal ini mengakibatkan klorin merupakan bahan kimia yang sangat reaktif dan bisa bereaksi dengan senyawa lain.
Ciri-ciri Klorin / Chlorine (Cl2):
- BERAT MOLEKUL: 70.90
- KEPADATAN GAS DI UDARA: 2.47 (udara = 1)
- TEKANAN GAS: 4,800 mm Hg di 20 C.
- STRUKTUR KIMIA: Cl-Cl
- Merupakan unsur kimia ketujuh tertinggi yang diproduksi di dunia.
- RUPA DAN BAU: gas hijau-kuning, bau tajam, mengganggu mata dan mengakibatkan mata berair bila terjadi kontak di udara
- NON-FLAMMABLE (tidak mudah terbakar) tetapi membantu pembakaran; terkenal dapat mengakibatkan risiko bakar yang serius
- PENGGUNAAN: Sebagai alat pemutih pada industri kertas, pulp, dan tekstil. Digunakan untuk manufaktur pestisida dan herbisida, misalnya DDT, untuk alat pendingin, obat farmasi, vinyl (pipa PVC), plastik, bahan pembersih, dan untuk perawatan air dan air limbah. Supaya bisa dipakai, klorin sering dikombinasikan dengan senyawa organik (bahan kimia yang mempunyai unsur karbon) yang biasanya menghasilkan organoklorin. Organoklorin itu sendiri adalah senyawa kimia yang beracun dan berbahaya bagi kehidupan karena dapat terakumulasi dan persisten di dalam tubuh makhluk hidup.
Dari uraian di atas, nyata bahwa klorin "sangat berbahaya bagi kesehatan manusia". Klorin, baik dalam bentuk gas maupun cair dapat mengakibatkan luka yang permanen, bahkan kematian. Pada umumnya luka permanen terjadi disebabkan oleh asap gas klorin. Klorin sangat potensial untuk terjadinya penyakit di kerongkongan, hidung dan saluran pernafasan (saluran kerongkongan didekat paru-paru). Akibat-akibat akut untuk jangka pendek: 1. Pengaruh 250 ppm selama 30 menit kemungkinan besar berakibat fatal bagi orang dewasa. 2. Terjadi iritasi tinggi waktu gas itu dihirup dan dapat menyebabkan kulit dan mata terbakar. 3. Jika berpadu dengan udara lembab, asam hydroklorik dan hypoklorus "dapat mengakibatkan peradangan jaringan tubuh yang terkena. Pengaruh 14 s/d 21 ppm selama 30 s/d 60 menit menyebabkan penyakit pada paru- paru seperti pnumonitis, sesak nafas, emphisema dan bronkitis." (Waldbott, 1978)
Pengaruh gas klorine dalam jangka panjang, ada kemungkinan "menjadi tua sebelum waktunya, menimbulkan masalah dengan cabang tenggorok, pengkaratan pada gigi dan besar kecenderungan munculnya penyakit paru-paru seperti tbc dan emphisema." (Chlorine Institute, 1980).
Gejala gangguan bila terkontaminasi Klorin:
- 0,2 ppm: hidung terasa gatal
- 1,0 ppm: krongkongan gatal atau rasa kering, batuk, susah nafas
- 1,3 ppm (selama 30 menit): sesak nafas berat dan kepala sangat pening
- 5 ppm: peradangan hidung, pengkaratan gigi dan sesak nafas.
- 10,0 ppm: gangguan saluran pernapasan
- 15-20 ppm: batuk lebih keras, terasa tercekik, sesak di dada
- 30 ppm: batuk hebat, tercekik, sesak nafas dan muntah-muntah
- 250 ppm: dapat berakibat fatal, menyebabkan kematian
- 1000 ppm: Kematian
Dari uraian di atas, KITA HARUS LEBIH WASPADA TERHADAP BAHAYA KLORIN DARI AIR YANG KITA KONSUMSI SEHARI-HARI.